Created
April 22, 2021 22:17
-
-
Save adibenc/d43c57f00d250042783630c7675419c1 to your computer and use it in GitHub Desktop.
This file contains hidden or bidirectional Unicode text that may be interpreted or compiled differently than what appears below. To review, open the file in an editor that reveals hidden Unicode characters.
Learn more about bidirectional Unicode characters
src : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2690252147925686&id=100008227817040 | |
@Rendy Putra | |
JAWABAN | |
Sering saya kampanyekan ke setiap masjid, agar setiap masjid membuat dapur umum. Program masjid jangan numpuk di ta'lim dan kajian. Program pendidikan itu bagus, tapi kalo yang datang itu itu saja, masjid harus muhasabah keras. Di zaman Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam, masjid dan baitul maal itu satu entitas. Maka masjid adalah tempat meminta jika berkekurangan. Baitul maal mengelola dana zakat dan bantuan untuk para dhuafa. Itulah yang seharusnya diikuti oleh masjid-masjid yang ada hari ini. Mampu menjawab masalah sosial ummat. Jika ada yang lapar, masjid sedia bisa ngasih makan. Itu dicontohkan Nabi. | |
Saya dan tim pernah kelola masjid wakaf keluarga. Setiap hari masjid yang kami kelola memberi makan pagi 40 sd 50 porsi. Lalu setiap malam hari kami sediakan 300 sd 600 porsi. Bukan hanya di buka puasa sunnah senin kamis, tapi hampir setiap malam. | |
Melayani jamaah yang merapat ke masjid. Siapapun. Karena memang pernah praktek, kami melihat sendiri bahwa masjid seperti punya pelanggan. Ada keluarga yang setiap malam memboyong keluarganya. Baju mereka sederhana. Memang benar-benar "numpang makan di masjid". Keluarga muwakif gak ada masalah. Malah support terus. Tapi memang dasar ummat ini gak semuanya faham, suara-suara miring sumbang dimana-mana. Mengganggu ketenteraman Keluarga Muwakif. "Itu uang masjid kok dibuat makan-makan terus" "Itu kok yang makan gak semuanya miskin tho" "Itu mau dibawa kemana masjid, kok acaranya makan-makan terus." | |
Walau banyak suara miring, Keluarga Muwakif terus mendukung, gak ada masalah, karena masyaAllah mereka orang sholih. Yang bangun masjidnya aja gak masalah. Yang mempermasalahkan adalah mereka yang entah apa tujuannya. Infaq juga nggak. Subuham di masjid juga nggak. Datang ke masjid kalonacara besar aja. Aneh memang. Singkat kisah, atas pertimbangan mendalam, kami tidak mau banyak bikin konflik sama warga yang aneh-aneh, kami pilih mengalah. Kami pendatang. sadar diri. Sedari dulu reformis penggerak masjid selalu tersingkir sama yang komentar tapi gak kerja. Duri dalam tubuh ummat. | |
***** | |
Apa masalahnya jika ada orang numpang makan? Toh juga infaq masjid naik, orang kaya yang ikut makan juga nyumbang banyak. Jadi apa masalahnya? Apa masalahnya jika orang lemah kita kasih makan terus? Mereka gak bisa akses pendidikan, mereka kerja serabutan cari uang harian, kadang dapat, kadang nggak. Tempat tinggal gak ada, kenapa memangnya? Apa masalahnya jika memang terus-menerus dikasih makan? Toh yang kaya raya terus menerus berlimpah ruah, terbuang-buang makanan di kulkas mereka, jutaan rupiah mereka bayarkan ketika masuk restoran. Apa salahnya mereka "bayar ke Allah" jutaan sebulan untuk ngasih makan sesama. Toh itu uang Allah juga. Titipan. Apa masalahnya? Ketika masjid ramai dengan orang lemah yang numpang makan. Ketika rumah Allah azza wa jalla menyantuni yang lemah. Apa masalahnya? | |
***** | |
marah gak akan menyelesaikan masalah. Akhirnya kami punya dendam positif. Kami merenung panjang. "Jika memang kas masjid gak boleh untuk ngasih makan orang, jika memang Ta'mir gak boleh nyediakan makan, biarlah kita yang sediakan sendiri." Alhamdulillah, mulailah Berkah Box berjalan, 24 pekan yang lalu, mulai dengan 160 box. Perlahan. Kami sediakan nasi box gratis di masjid-masjid. DKM tinggal terima, letakkan di pelataran masjid. Biarlah ummat ambil sendiri. Itu mengapa kami mewajibkan diri menyuplai ke titika masjid. Walau hari ini beeberaa rumah sakit kami support, tapi sudah 104 hari kami sediakan nasi box di masjid. Itu sebabnya mengapa titik masjidnya tetap. Tidak kami pindah-pindah. Agar dhuafa punya ingatan, di masjid itu ada makan siang gratis. Cukup zuhuran disana. Itu yang kami desain. Kami mendesain agar masjid-masjid menjadi titik makan siang gratis. Silakan makan siang disitu. Terus menerus ya gak papa. Biarlah sahabat-sahabat yang baik hatinya yang bayar makannya. | |
***** | |
Hari ini Berkah Box baru bisa buka 2 dapur. Dapur 1 Sleman - DIY dan Dapur 2 Balikpapan - Kaltim. Kemampuannya baru di 2.550 nasi box per hari. Konsep 10 ribu rupiah nasi box cukup sulit divendorkan ke restoran. Pada akhirnya kami harus bangun tim dapur sendiri. Yang siap margin tipis untuk SDM dan operasional. Intinya Berkah Box terbatas secara area Dan sumber daya. Kami mengajak sahabat yang membaca tulisan ini untuk bergerak menjadikan masjid-masjid sekitarnya menjadi dapur umum. Atau minimal tersedia nasi box. Tidak perlu seperti Berkah Box. Pilih saja 1 masjid. Anda jadi pengelola penyediaan makan siangnya. JANGAN GANGGU KAS MASJID. | |
Ijin pemakaian kas masjid itu mekanismenya lebih susah daripada mengeluarkan APBN negeri. Konfliknya panjang. Kepentingannya ruwet. Belum lagi ketemu senior post power syndrome. Mending pake dana swadaya sendiri saja. Pilih 1 masjid. Sediakan makan siang dan makan malam. Pake nasi box boleh, pake nasi bungkus boleh. Tentukan jumlahnya sesuai yang Anda mampu. Mulai dulu 10 box siang, 10 box malam. 2x sehari. Tulis nomor HP donasi di box makan nya. Lalu ceritakan di FB Anda sendiri, di IG Anda sendiri, di WA story. Walau temen cuma 300. Gak papa. Melangkah. Layani 1 masjid. Kasih makan orang lemah yang sama. Senin sd ahad. Kalo perlu straight sepekan. Lakukan. InsyaAllah di masa sulit begini kita akan ditolong Allah. Lakukan dalam senyap. Gak usah pake launching-launching. Pake dana swadaya sendiri. Biarlah rumah Allah yang besar namanya. Walau bukan pakai dana kas masjid. Gak papa. | |
***** | |
Pagi ini dapat tautan berita di grup donatur berkah box. Seorang ibu meninggal setelah minum air galon 2 hari. Secara teori harusnya masih bisa bertahan hidup, wallahualam apakah ada penyakit sebelumnya. Namun, andaikata ada tetangga kita yang hanya bisa minum air putih selama 2 hari, memang ada yang sakit dalam masyarakat kita. Saya sering temui keluarga berkecukupan yang buang makanan. Potongan pizza yang dingin bersemut. Potongan ayam yang tidak habis. Bagian ikan yang terbuang. Apalagi nasi yang mengering di magic jar. Gak kemakan. Hingga menguning. Di satu sisi ada keluarga yang bisa buang-buang makanan, di satu sisi ada orang yang sulit mau makan. Cukup-cukup sudah negeri ini kehilangan keberkahan karena jeritan orang miskin. Cukup-cukup sudah. Hentikan. Kita harus menyambut masa yang baru, etape baru, zaman baru. Zaman dimana gak ada lagi orang yang sulit makan. Zaman dimana semua masjid menyediakan makan 3x sehari bagi yang membutuhkan. Zaman dimana orang-orang kaya berhati dermawan, selalu memberi makan sesama. URS - | |
Sign up for free
to join this conversation on GitHub.
Already have an account?
Sign in to comment